Dalam kehidupan kita, sering kali kita temukan perempuan-perempuan yang merasa tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya. Mereka berusaha melakukan berbagai treatment agar mendapatkan bentuk tubuh yang ideal menurut mereka. Di lain pihak seorang perempuan yang mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi masih merasa kurang percaya diri jika dirinya tidak menarik secara fisik. Kemampuan intelektual saja tidak cukup untuk membuat seorang perempuan benar-benar percaya diri. Sebenarnya apa yang lebih mempengaruhi self-esteem (percaya diri) pada seorang perempuan? Apakah physical attractiveness? Atau intellectual ability? Menurut saya, kepercayaan diri seorang perempuan lebih dipengaruhi oleh konsep dirinya tentang physical attractiveness daripada intellectual ablity. Dalam esai ini, saya akan meringkas sebuah penelitian yang menyelidiki tentang pengaruh konsep diri tentang physical attractiveness terhadap self-esteem perempuan, lalu saya akan menjelaskan tentang konsep diri dan hal-hal yang mempengaruhinya, dan selanjutnya saya akan memaparkan fakta-fakta bahwa self-esteem pada perempuan lebih dipengaruhi oleh physical attractiveness dari pada intellectual ability. Dalam esai ini, term physical attractiveness akan mengacu pada kecantikan atau penampilan fisik seseorang dan kata intellectual ability akan mengacu pada kepintaran seseorang.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andreja (2006) dengan sampel 402 orang yang terdiri atas 187 laki-laki dan 215 perempuan dimana 70% dari sampel adalah siswa dari lima high school yang berbeda, dan sisanya adalah mahasiswa University of Ljubljana dari berbagai fakultas. Rentang umur sampel dalam penelitian ini adalah 18 sampai 22 tahun. Penelitian ini mengunakan alat ukur The Self-Liking/Self-Competence Scale (SLCS)(Tarafodi, Swan, 1995), Self Description Questionnaire III (SDQ III; Marsh, 1991), dan Self-Attribute Questionnaire (SAQ)(Pelham, Swann, 1989). Hasil dari penelitian ini adalah korelasi antara Physical appearance dan General Self pada perempuan sebesar 0.72. Antara Physical appearance dan self-competence pada perempuan sebesar 0.60, dan antara Physical appearance dan self-liking sebesar 0.67. Hasil penelitian diatas merupakan sebuah fakta bahwa physical appearance mempunyai peran yang yang penting dan besar dalam membentuk self-esteem seorang perempuan.
Sejumlah penelitian lain juga mengemukakan bahwa physical attractiveness berhubungan dengan self-esteem. Frost & McKelvie (2004, dalam Ivtzan & Moon, 2005) menyatakan bahwa self-esteem berhubungan positif dengan self-satisfaction dan body-satisfaction. Penelitian lain mengatakan bahwa orang yang berpenampilan menarik lebih disukai daripada yang tidak menarik dan cenderung berkembang menjadi pribadi yang memiliki self-esteem tinggi (Krebs & Adinolfi, 1975).
Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri terhadap diri sendiri yang terorganisir (Baron & Byrne, 2003). Konsep diri dapat mencakup pengalaman masa lalu kita, pengetahuan detil kita tentang bagaimana kita yang sekarang bebeda dengan kita kita yang dulu, dan harapan kita tentang diri kita dimasa yang akan datang. (Baron & Byrne, 2003). Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau significant others yang telibat dalam kehidupan kita. Konsep diri seseorang tentang physical attractiveness dapat dilihat bagaimana persepsi dan keyakinan seseorang tentang penampilan wajah dan tubuhnya (Henss, 1991, dalam Rosenblum, 1999; Manning dan Quinton, 2007). Apakah menurut mereka wajah dan tubuh mereka sangat menarik atau sangat tidak menarik. Selanjutnya, konsep diri tentang intellectual ability dapat dilihat dari bagaimana persepsi diri seseorang terhadap kemampuan intellectual atau kepintaran dirinya. Dalam esai ini, yang dimaksud dengan kemampuan intelektual adalah kemampuan dalam bidang akademik.
Self-esteem merupakan evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu-sikap yang kita miliki terhadap diri kita sendiri baik secara umum maupun khusus dalam rentang dimensi positif maupun negatif. Sedikides (1993, dalam Baron & Byrne, 2003) menyatakan tiga kemungkinan motif dalam evaluasi diri, yaitu self-assesment(untuk memperolah pengetahuan yang akurat tentang dirinya sendiri), self-enhancement(untuk mendapatkan informasi yang positif tentang dirinya sendiri), dan self-verification(untuk mengkonfirmasikan sesuatu tentang diri mereka sediri).
Prevos (2005) dalam penelitiannya menemukan bahwa perempuan lebih sering merasa tidak puas terhadap penampilan fisiknya. Penampilan fisik merupakan isu yang berpengaruh besar terhadap perempuan. Hal tersebut terjadi karena orang-orang lebih menekankan penampilan kepada perempuan daripada laki-laki. Lihat saja bagaimana pesatnya perkembangan fashion dan kosmetik untuk perempuan. Pesatnya perkembangan fashion dan kosmetik untuk perempuan secara tidak langsung menuntut perempuan untuk dapat tampil modis dan menarik. Hal tersebut dapat mempengaruhi konsep diri seseorang tentang penampilan fisiknya, apakah dia sudah dapat tampil modis dan menarik sesuai dengan perkembangan fashion dan kosmetik terbaru atau tidak.
Selain itu, faktor model yang digunakan dalam film-film dan iklan produk juga mempengaruhi pembentukan kosep diri seseorang. Model atau aktris yang selalu ditampilkan tinggi dan langsing membentuk konsep dalam diri seseorang tenang bagaimana penampilan fisik yang menarik. Memang tak dapat dipungkiri, pesona pada diri seseorang seringkali bersumber dari fisik. Artinya orang yang berwajah cantik, bertubuh proporsional serta ditunjang pakaian dan penampilan yang modis, akan terlihat lebih menarik dan merasa lebih percaya diri.
Faktor-faktor diatas menentukan terbentuknya self-assessment tentang penampilan fisik yang menarik pada perempuan dan akan mempengaruhi self-esteem-nya. Seorang perempuan, akan merasa lebih percaya diri jika mereka dapat tampil cantik dan menarik. Lihat saja fenomena yang banyak muncul belakangan ini. Banyaknya salon-salon yang bertebaran, pusat kecantikan dan kebugaran bagi perempuan, merupakan sebuah fakta yang menunjukkan bahwa perempuan membutuhkan perawatan kecantikan dan kebugaran untuk menjaga agar bentuk tubuhnya tetap cantik dan menarik. Banyak perempuan bersedia membayar puluhan bahkan ratusan juta rupiah, hanya untuk mengubah penampilan mereka, membeli pakaian, kosmetik, bahkan melakukan operasi plastic.
Pada perempuan, kemampuan intelektual tidak terlalu ditonjolkan. Pada sebagian besar suku bangsa, kemampuan intelektul lebih diharapkan pada laki-laki daripada perempuan. Dalam berbagai budaya, laki-laki diperbolehkan untuk sekolah setinggi-tingginya sedangkan perempuan tidak. Dari pengalaman tersebut, terbentuklah konsep diri dalam diri perempuan bahwa dirinya tidak membutuhkan kemampun intelektual yang tinggi dalam kehidupan. Selain itu, perempuan yang pintar atau memiliki kemampuan intelektual yang tinggi sekalipun akan tetap merawat penampilannya agar dapat dapat tampil cantik dan menarik.
Fakta bahwa sebagian besar perempuan merasa lebih percaya diri ketika dia merasa bahwa dirinya dapat tampil menarik daripada ketika merasa dirinya pintar memang sudah menjadi suatu hal yang mengeneralisir. Kemenarikan fisik seseorang dapat dilihat tanpa kita berinteraksi langsung dengan orang tersebut sehingga hal ini menjasi faktor yang mendorong kepercayaan diri seseorang. Sedangkan kemampuan intelektual hanya dapat dilihat jika kita telah berinteraksi dengan orang tersebut sehingga jika dia pintar dia tidak dapat langsung menunjukkan kepintarannya kepada orang lain.
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa self-esteem (kepercayaan diri) seorang perempuan lebih dipengaruhi oleh konsep dirinya tentang physical attractiveness (kemenarikan dirinya secara fisik) daripada konsep dirinya tentang intellectual ability. Banyaknya fenomena yang muncul sekarang ini tentang berbagai cara yang dapat dilakukan oleh perempuan untuk menjadikan fisiknya lebih menarik mulai dari perawatan sampai operasi plastik. Selain itu, perempuan yang memiliki kemampuan intelaktual yang tinggi tetap saja belum percaya diri jika dirinya tidak tampil menarik.
Daftar Pustaka
Andreja, A. (2006). Gender Difference in the structure if self-concept: Are the self-conceptions about physical attractiveness really more important for women’s self-esteem? Studia Psychologica Departement of Psychology,
Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2007). Social Psychology Sixth Edition.
AVSEC, A. (2006). Gender Difference in the structure if self-concept: Are the self-conceptions about physical attractiveness really more important for women’s self-esteem? Studia Psychologica Departement of Psychology,
Baron, R. A., & Byrne, D. (2003). Social Psychology 10th Edition.
Ivtzan,
Jackson, L. A. (1992). Physical Apprearance and Gender Sociological and Sociocultural Perspektif.
Krebs, D., & Adinolfi, A. A. (1975). Physical attractiveness, social relations, and personality style. Journal of Personality and Social Psychology , 31(2), 245-253.
Manning, J. T., & Quinton, S. (2007). Association of Digit Ratio (2D:4D) with Self-Report Attractiveness in Men and Woman. Journal of Individual Difference , Vol. 28(2):73–77.
Rosenbluma, G. D., & Lewis, M. (January/February1999). The Relations among Body Image, Physical Attractiveness, and Body Mass in Adolescense. Child Development , Volume 70, Number 1, Pages 50-64.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar