Senin, 28 Februari 2011

Multitasking

Bagaimana kita bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus? Apakah yang akan terjadi jika seseorang mencoba melakukan dua pekerjaan dalam satu waktu?

Jawabannya tergantung pada jenis pekerjaan apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Kadang dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melakukan beberapa tugas dalam satu waktu. Masak sambil nonton TV, belajar sambil mendengarkan music, bahkan bernyanyi sambil poop. J J

Hal diatas dapat dijelaskan dengan teori divided attention. Teori ini menjelaskan mengapa kita dapat mengerjakan dua atau bahkan lebih tugas dalam waktu yang bersamaan melalui istilah dual task performance (jika stimulus yang datang hanya dua) dan multi task (jika stimulus yang datang lebih dari dua). Allport (1986, dalam Eysenck, 2001), mendefenisikan dual task sebagai “…our apparent ability to perform two fairly complex tasks at the same time without disruption or interference.

Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengerjakan beberapa tugas bersamaan, yaitu task similarity (kesamaan jenis respon), task Difficulty (kesulitan dalam mengerjakan tugas), dan practice (adanya latihan).

Kahneman (1973, dalam Eysenck, 2001) mengungkapkan sebuah teori yang bernama central capacity theory. Dalam teori ini dikatakan bahwa kita memiliki bank mental capacity. Maksudnya disini adalah kapasitas mental kita terbatas. Kita bisa melakukan 2 atau lebih tugas dalam satu waktu jika mental capacity kita masih tersisa. Misalnya, mental capacity kita adala dompet berisi uang 10ribu. Untuk melakukan tugas pertama (masak) kita membutuhkan 5ribu dan untuk tugas kedua (nonton TV) kita membutuhkan 4ribu. Namun kita tidak akan bisa menonton jika uang (capasitas) yang dibutuhkan lebih dari 5ribu karena uang (capasitas) di dompet kita hanya ada 10ribu.

Benarkah wanita lebih jago multi tasking daripada pria???

Kelebihan wanita dalam hal multitasking sebenarnya masih menjadi perdebatan dan pertanyaan. Criss (2009) menjelaskan ‘ketrampilan’ satu ini dapat dihubungkan dengan debat psikologi sosial populer mengenai “nature vs nurture”. Sifat alamiah versus kebiasaan. Kemampuan multitasking ada karena bawaan sejak lahir atau karena pembiasaan? Faktor nature didukung oleh teori bahwa corpus collosum (kumpulan saraf yang menghubungkan otak kiri-kanan) wanita lebih luas daripada milik pria. Hal ini yang memungkinkan wanita melakukan multitasking lebih efisien. Di sisi lain, faktor nurture juga bisa jadi berpengaruh. Karena ‘tuntutan profesi’, wanita yang sudah kodratnya dekat dengan pekerjaan rumah tangga, harus bisa multitasking. Bayangkan seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus rumah sembari menjaga anak, bekerja sambil memantau kerjaan pembantu di rumah, memasak sambil menyetrika selama menunggu masakan matang, dan masih banyak lagi hal multitasking lainnya yang dengan mudah dapat kita perhatikan dari sosok ibu kita.

Sumber:

Criss, B. R. (2009). Gender Differences in Multitasking. Missouri Western State University .

Eysenck, M. W. (2001). Principle of Cognitive Psychology. USA: Psychology press Ltd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar